Selasa, 29 Oktober 2013

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Al-Quran Dan Barat



MAKALAH
Ditunjukan untuk memenuhi tugaas mata kuliah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Al-Quran Dan Barat
IAD, IBD, ISD


 
 
                                    1. Alham Irpani                                 NIM . 13510003
2. Andy Wjaya                                  NIM.  13510005
3. Awaluddin                                     NIM.  13510008



Dosen Pengampu :
Jamhari  S.Ag. M.fil.

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, Islam meyakini agama-agama terdahulu, bahkan keberadaan agama Kristen dan agama Yahudi dibahas dalam kitab suci agama Islam, Islam menolak penuhanan apapun selain daripada Allah. Bahkan Muhammad saw sekalipun menolak penuhanan atas dirinya, sebagai agama terakhir di muka bumi maka Nabi Muhammad saw dianggap sebagai Nabi yang terakhir pula. Itulah sebabnya apabila ada orang yang mengaku menjadi nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad saw maka akan segera dikafirkan.
Secara etimologi dalam Bahasa Arab, kata Islam  berasal dari kata aslama yang berarti berserah diri, maksudnya menyerahkan diri kepada Allah. Namun kemudian berserah diri tersebut dalam Al-Qur’an harus diseimbangkan dengan perjuangan secara optimal. Ada pula pandapat yang mengatakan bahwa Islam berasal dari awal huruf setiap shalat wajib yaitu Isya, Subuh, Luhur (Dzuhur), Ashar dan Maghrib. Selain shalat wajib juga dianjurkan shalat sunah pada waktu tertentu, sedangkan shalat wajib menjadi salah satu rukun Islam itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

A.    Apa yang membedakan ilmu pengetahuan  al quran dan barat

B.       Model aliran yang terkait dengan Epistemologi Barat:

1.      Empirisme
2.      Rasionalisme
3.      Positivisme
4.      Intuisionisme

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ta’riful Qur’an
Al-Qur’an merupakan Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir surat pertama al-fatihah dan surat yang terakhir adalah an-naas terdiri dari 30 juz dengan jumlah ayat 6666 dan jumlah surat 114
a.      Kalamullah
Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau  hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4:
“…dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”
Tentang kesucian dan keunikan Al-Qur’an ini perhatikanlah kesaksian objektif Abul Walid seorang jawara sastra pada masa Nabi saw: “Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia, ia tinggi dan tak ada yang dapat mengatasinya.” Demikian pernyataan Abul Walid.
b.      Mu’jizat
Mu’jizat artinya suatu perkara yang luar biasa, yang tidak akan mampu manusia membuatnya karena hal itu di luar kesanggupannya. Mu’jizat itu dianugerahkan kepada para nabi dan rasul dengan maksud  menguatkan kenabian dan kerasulannya, serta menjadi bukti bahwa agama yang dibawa oleh mereka benar-benar dari Allah ta’ala.
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw. Kemu’jizatannya itu diantaranya terletak pada fashahah dan balaghah-nya, keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak ada tandingannya. Karena gaya bahasa yang demikian itulah Umar bin Khatthab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur’an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat.
Karena demikian tingginya bahasa Al-Qur’an, mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa dengannya, apalagi menandinginya. Orang yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah ditantang oleh Allah ta’ala:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
Allah sendiri kemudian menegaskan bahwa tidak akan pernah ada seorang pun yang mampu menjawab tantangan ini (QS. 2: 24). Bahkan seandainya bekerjasama jin dan manusia untuk membuatnya, tetap tidak akan sanggup (QS. 17: 88).
Selain itu, kemukjizatan Al-Qur’an juga terletak  pada isinya. Perhatikanlah, sampai saat ini Al-Qur’an masih menjadi sumber rujukan utama bagi para pengkaji ilmu sosial, sains, bahasa, atau ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Miftah Faridl, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia, apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7: 158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571-632 M)
Berbagai kabar ghaib tentang masa lampau (tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba’, Tsamud, ‘Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dll) dan masa depan pun menjadi bukti lain kemu’jizatan Al-Qur’an. Sementara itu jika kita perhatikan cakupan materinya, nampaklah bahwa Al-Qur’an itu mencakup seluruh aspek kehidupan: masalah aqidah, ibadah, hukum kemasyarakatan, etika, moral dan politik, terdapat di dalamnya.


B.     Epistemologi Barat
Epistemologi barat (filsafat pengetahuan)  Merupakan Salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam  tentang asal mula pengetahuan,  ilmu-ilmu tersebut bersumber pada akal dan panca indera. Terkait masalah epistemology, barat menganggap kebenaran itu hanya berpusat pada manusia sebagai mahluk mandiri yang menentukan kebenaran.

Oleh karena itu, Ilmuwan Barat mengenal beberapa aliran yang terkait dengan Epistemologi, yaitu:
1.      Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Sebagai contoh manusia mengetahui bahwa Es itu dingin karena dia memiliki pengalaman  menyentuh Es tersebut.
      Berarti, bagaimana pun kompleksnya pengetahuan manusia, hal itu  selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sehingga sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar.
      Teori ini memiliki banyak kelemahan diantaranya:
a.        Indera Terbatas
Keterbatasan  indera ini dapat melaporkan suatu objek tidak sebagaimana adanya. Maka dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
b.         Indera Menipu
Ketika seseorang sakit, gula yang manis akan tersa pahit, udara yang panas akan terasa dingin. Jika hal ini dijadikan sebagai landasan pengetahuan atau teori maka akan menimbulkan pengetahuan yang salah pula.
c.        Objek yang Menipu
Ketika seseorang melihat fatamorgana, objek tersebut ditangkap indera sebagai air, namun pada kenyataannya bukanlah air. Itu artinya objek tersebut membohongi indera.
d.      Indera dan Objek
Karena apa yang ditangkap oleh indera tidak dapat menjelaskan secara sempurna atau menyeeluruh bentuk objek tersebut.
2.       Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur berdasarkan akal semata. Manusia, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
Namun, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman  indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal.
3.       Positivisme
Aliran ini menilai kebenaran itu diperoleh dengan akal, didukung oleh bukti empiris yang terukur. Terukur itulah yang menjadi sumbangan dari pemikiran positivisme. Namun, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
4.       Intuisionisme
Menurut aliran ini tidak hanya indera yang terbatas namun akal juga terbatas. Begitu juga objek yang kita tangkap selalu berubah-ubah. Dengan demikian pengetahuan kita terhadap suatu objek tidak pernah tetap.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, maka perlu dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.
C.    Epistemologi  Menurut Islam

Sumber pengetahuan (epistemologi) dalam Islam adalah Al-Qur’an, karena kebenaran Al-Qur’an itu mutlak tidak dapat diragukan lagi.
Selain itu, Islam juga menjadikan sistem ijtihad sebagai dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam. sehingga dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran dalam dunia Islam.
Jadi, epistemologi dalam Islam merupakan usaha manusia untuk menelaah masalah-masalah objektivitas, metodologi, sumber serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan menggunakan subjek Islam sebagai titik tolak berfikir.
D.    Komparasi Barat dengan Islam
Untuk menyimpulkan komparasi antara epistemologi  Islam dan Barat, ada hal utama yang menjadi acuan pembahasan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Orientasi
Barat: Menjadikan materi sebagai tujuan utama di atas segalanya. Sehingga dalam peradabannya hanya terbatas pada persoalan dunia.
Islam: Orientasinya adalah Tauhidullah, dengan menjadikan materi dalam Islam sebagai salah satu dampak atau hasil yang diperoleh dari kebenaran dalam mengajak manusia kepada jalan Allah.
2.       Alat
Barat: Dalam mewujudkan cita-citanya, Barat cenderung melegalkan segala macam cara tanpa ada rambu – rambu atau aturan hidup yang jelas.
Islam: Dalam mewujudkan cita – citanya memiliki rambu – rambu kehidupan yang jelas dan fokus terhadap kehidupan setiap manusia. Rambu – rambu tersebut adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.



D.    Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
            Agama islam berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertian ini adalah agama yang dibawa oleh para Rasul Allah, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. Agama islam di setiap zaman mengajarkan aqidah yang sama, yaitu tauhid atau mengesakan Allah SWT. Letak perbedaan ajaran di antara wahyu yang diterima setiap Nabi pada syariat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kecerdasan umat pada saat itu. Sehingga islam memiliki peranan yang sangat penting dalam ruang kehidupan manusia. Tetapi pertanyaannya adalah, sampai manakah kemauan manusia untuk mengetahui tentang islam yang akan menjadi penuntun hidupnya?
            Ajaran islam yang turun kepada Nabi Muhammad merupakan wahyu Allah yang diturunkan dengan sempurna. Ketetapan ini dinyatakan dalam firman Allah:
اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا…..{المائدة:(5:  3}   
Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai islam jadi agamamu. (QS. Al-Maidah, 5:3)
            Ayat di atas mengisyaratkan bahwa agama islam mampu menjadi landasan hidup dan menyediakan jawaban terhadap segala permasalahan dan perkembangan budaya manusia sampai akhir sejarahnya. Oleh karena itu, manusia tidak memerlukan lagi sumber nilai lain yang menjadi landasan hidupnya dan hendaknya supaya memepelajari Al Quran sebagai sumber pengetahuan islam, sehingga dapat merasakan “Rahmah” ajaran islam melalui peranan dan fungsinya dalam kehidupan.




BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar   Nabi Muhammad saw juga mu’jizat terbesar bagi umat muslim tidak ada    keraguan  di  dalamnya  karna  al-quran  adalah  penyempurna   kitab-kitab  sebelumnyarna.
Sebagai kitab suci terakhir Al-Qur’an bagaikan miniature alam raya yang memuat segala disiplin ilmu dan penyelesaian permasalahan panjang hidup manusia. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated).
     Pengertian epistemologi keilmuan Islam adalah merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan yang menjelaskan tentang keilmuan Islam dan beberapa aspek yang termasuk di dalamnya yang diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan yang meliputi sumber dan sarana untuk mencapai ilmu pengetahuan.
     Dalam kajian pemikiran Islam terdapat beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan teori pengetahuan (epistemologi) yaitu ada tiga model sistem berfikir dalam Islam, yakni bayani, burhani dan  irfani.
        a. Model berfikir Islam Bayani bersumber pada teks, baik nash maupun non-nash.
        b. Model berfikir Islam Burhani bersumber pada akal dan empirikal.
        c. Model berfikir Islam Irfani bersumber pada kasf.
Setiap epistemologi, termasuk di dalamnya ‘irfani, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada di antara ketiga epistemologi keilmuan Islam tersebut yang sempurna. Eksistensi ketiganya justru saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, hal yang bijak bukanlah menafikan eksistensi peran masing-masing, tetapi bagaimana masing-masing epistemologi tersebut menjalankan perannya yang tepat dan saling melengkapi satu sama lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar