MAKALAH
Ditunjukan untuk memenuhi tugaas mata kuliah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Al-Quran Dan Barat
IAD, IBD, ISD
1. Alham
Irpani NIM
. 13510003
2. Andy Wjaya
NIM. 13510005
3. Awaluddin NIM.
13510008
Dosen Pengampu :
Jamhari S.Ag.
M.fil.
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
IAIN RADEN FATAH PALEMBANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, Islam
meyakini agama-agama terdahulu, bahkan keberadaan agama Kristen dan agama
Yahudi dibahas dalam kitab suci agama Islam, Islam menolak penuhanan apapun
selain daripada Allah. Bahkan Muhammad saw sekalipun menolak penuhanan atas
dirinya, sebagai agama terakhir di muka bumi maka Nabi Muhammad saw dianggap
sebagai Nabi yang terakhir pula. Itulah sebabnya apabila ada orang yang mengaku
menjadi nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad saw maka akan segera dikafirkan.
Secara etimologi dalam
Bahasa Arab, kata Islam berasal dari
kata aslama yang berarti berserah diri, maksudnya menyerahkan diri
kepada Allah. Namun kemudian berserah diri tersebut dalam Al-Qur’an harus
diseimbangkan dengan perjuangan secara optimal. Ada pula pandapat yang
mengatakan bahwa Islam berasal dari awal huruf setiap shalat wajib yaitu Isya,
Subuh, Luhur (Dzuhur), Ashar dan Maghrib. Selain shalat wajib juga dianjurkan
shalat sunah pada waktu tertentu, sedangkan shalat wajib menjadi salah satu
rukun Islam itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang membedakan ilmu pengetahuan
al quran dan barat
B.
Model aliran
yang terkait dengan Epistemologi Barat:
1.
Empirisme
2.
Rasionalisme
3.
Positivisme
4.
Intuisionisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ta’riful Qur’an
Al-Qur’an
merupakan Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir surat pertama al-fatihah dan surat
yang terakhir adalah an-naas terdiri dari 30 juz dengan jumlah ayat 6666 dan
jumlah surat 114
a. Kalamullah
Al-Qur’an adalah kalamullah,
firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata
jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk,
bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini
ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4:
“…dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”
Tentang kesucian dan
keunikan Al-Qur’an ini perhatikanlah kesaksian objektif Abul Walid seorang
jawara sastra pada masa Nabi saw: “Aku belum pernah mendengar kata-kata yang
seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli
tenung. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya
terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu
bukanlah kata-kata manusia, ia tinggi dan tak ada yang dapat mengatasinya.”
Demikian pernyataan Abul Walid.
b. Mu’jizat
Mu’jizat artinya suatu
perkara yang luar biasa, yang tidak akan mampu manusia membuatnya karena hal
itu di luar kesanggupannya. Mu’jizat itu dianugerahkan kepada para nabi dan
rasul dengan maksud menguatkan kenabian
dan kerasulannya, serta menjadi bukti bahwa agama yang dibawa oleh mereka
benar-benar dari Allah ta’ala.
Al-Qur’an adalah
mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw. Kemu’jizatannya itu diantaranya terletak
pada fashahah dan balaghah-nya, keindahan susunan dan gaya
bahasanya yang tidak ada tandingannya. Karena gaya bahasa yang demikian itulah
Umar bin Khatthab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur’an awal surat Thaha yang
dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, terpaksa cepat-cepat pulang begitu
mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat.
Karena demikian
tingginya bahasa Al-Qur’an, mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa
dengannya, apalagi menandinginya. Orang yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an
sebagai firman Allah ditantang oleh Allah ta’ala:
“Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad)
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
Allah sendiri kemudian menegaskan
bahwa tidak akan pernah ada seorang pun yang mampu menjawab tantangan ini (QS.
2: 24). Bahkan seandainya bekerjasama jin dan manusia untuk membuatnya, tetap
tidak akan sanggup (QS. 17: 88).
Selain itu,
kemukjizatan Al-Qur’an juga terletak pada
isinya. Perhatikanlah, sampai saat ini Al-Qur’an masih menjadi sumber rujukan
utama bagi para pengkaji ilmu sosial, sains, bahasa, atau ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Miftah Faridl,
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan
kita bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia,
apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7: 158) yang hidup pada awal abad
ke enam Masehi (571-632 M)
Berbagai kabar ghaib
tentang masa lampau (tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba’, Tsamud, ‘Ad,
Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dll) dan masa depan pun menjadi bukti lain
kemu’jizatan Al-Qur’an. Sementara itu jika kita perhatikan cakupan materinya,
nampaklah bahwa Al-Qur’an itu mencakup seluruh aspek kehidupan: masalah aqidah,
ibadah, hukum kemasyarakatan, etika, moral dan politik, terdapat di dalamnya.
B.
Epistemologi Barat
Epistemologi barat (filsafat pengetahuan) Merupakan
Salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam tentang asal mula pengetahuan, ilmu-ilmu tersebut bersumber pada akal dan panca indera. Terkait masalah epistemology,
barat menganggap kebenaran itu hanya berpusat pada manusia sebagai mahluk
mandiri yang menentukan kebenaran.
Oleh karena itu, Ilmuwan Barat mengenal beberapa aliran yang
terkait dengan Epistemologi, yaitu:
1.
Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Sebagai
contoh manusia mengetahui bahwa Es itu dingin karena dia memiliki
pengalaman menyentuh Es tersebut.
Berarti, bagaimana pun kompleksnya
pengetahuan manusia, hal itu selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman
indera. Sehingga sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah
pengetahuan yang benar.
Teori ini memiliki banyak kelemahan
diantaranya:
a.
Indera Terbatas
Keterbatasan indera ini
dapat melaporkan suatu objek tidak sebagaimana adanya. Maka dari sini akan
terbentuk pengetahuan yang salah.
b.
Indera
Menipu
Ketika seseorang sakit, gula yang manis akan tersa pahit, udara
yang panas akan terasa dingin. Jika hal ini dijadikan sebagai landasan
pengetahuan atau teori maka akan menimbulkan pengetahuan yang salah pula.
c.
Objek yang Menipu
Ketika seseorang melihat fatamorgana, objek tersebut ditangkap
indera sebagai air, namun pada kenyataannya bukanlah air. Itu artinya objek
tersebut membohongi indera.
d.
Indera dan Objek
Karena apa yang ditangkap oleh indera tidak dapat menjelaskan
secara sempurna atau menyeeluruh bentuk objek tersebut.
2.
Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
berdasarkan akal semata. Manusia, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal
menangkap objek.
Namun, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam
memperoleh pengetahuan; pengalaman indera
diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat
menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada
kebenaran adalah semata-mata dengan akal.
3.
Positivisme
Aliran ini menilai kebenaran itu diperoleh dengan akal, didukung
oleh bukti empiris yang terukur. Terukur itulah yang menjadi sumbangan dari
pemikiran positivisme. Namun, pada dasarnya positivisme itu sama dengan
empirisme plus rasionalisme.
4.
Intuisionisme
Menurut aliran ini tidak hanya indera yang terbatas namun akal juga
terbatas. Begitu juga objek yang kita tangkap selalu berubah-ubah. Dengan
demikian pengetahuan kita terhadap suatu objek tidak pernah tetap.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, maka perlu
dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.
C.
Epistemologi Menurut Islam
Sumber pengetahuan (epistemologi) dalam Islam adalah Al-Qur’an,
karena kebenaran Al-Qur’an itu mutlak tidak dapat diragukan lagi.
Selain itu, Islam juga menjadikan sistem ijtihad
sebagai dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam. sehingga dalam
perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran dalam dunia Islam.
Jadi, epistemologi dalam Islam merupakan usaha manusia untuk
menelaah masalah-masalah objektivitas, metodologi, sumber serta validitas
pengetahuan secara mendalam dengan menggunakan subjek Islam sebagai titik tolak
berfikir.
D. Komparasi Barat dengan Islam
Untuk menyimpulkan komparasi antara epistemologi Islam dan
Barat, ada hal utama yang menjadi acuan pembahasan, diantaranya sebagai
berikut:
1.
Orientasi
Barat: Menjadikan
materi sebagai tujuan utama di atas segalanya. Sehingga dalam peradabannya
hanya terbatas pada persoalan dunia.
Islam: Orientasinya
adalah Tauhidullah, dengan menjadikan materi dalam Islam sebagai salah satu
dampak atau hasil yang diperoleh dari kebenaran dalam mengajak manusia kepada
jalan Allah.
2.
Alat
Barat: Dalam
mewujudkan cita-citanya, Barat cenderung melegalkan segala macam cara tanpa ada
rambu – rambu atau aturan hidup yang jelas.
Islam: Dalam
mewujudkan cita – citanya memiliki rambu – rambu kehidupan yang jelas dan fokus
terhadap kehidupan setiap manusia. Rambu – rambu tersebut adalah Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
D. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
Agama islam berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertian
ini adalah agama yang dibawa oleh para Rasul Allah, sejak Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad saw. Agama islam di setiap zaman mengajarkan aqidah yang sama, yaitu
tauhid atau mengesakan Allah SWT. Letak perbedaan ajaran di antara wahyu yang
diterima setiap Nabi pada syariat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan kecerdasan umat pada saat itu. Sehingga islam memiliki peranan yang sangat
penting dalam ruang kehidupan manusia. Tetapi pertanyaannya adalah, sampai
manakah kemauan manusia untuk mengetahui tentang islam yang akan menjadi
penuntun hidupnya?
Ajaran islam yang turun kepada Nabi Muhammad merupakan wahyu Allah yang
diturunkan dengan sempurna. Ketetapan ini dinyatakan dalam firman Allah:
اليوم اكملت لكم دينكم
واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا…..{المائدة:(5: 3}
Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai islam jadi agamamu.
(QS. Al-Maidah, 5:3)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa agama islam mampu menjadi landasan
hidup dan menyediakan jawaban terhadap segala permasalahan dan perkembangan
budaya manusia sampai akhir sejarahnya. Oleh karena itu, manusia tidak
memerlukan lagi sumber nilai lain yang menjadi landasan hidupnya dan hendaknya
supaya memepelajari Al Quran sebagai sumber pengetahuan islam, sehingga dapat
merasakan “Rahmah” ajaran islam melalui peranan dan fungsinya dalam kehidupan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan
makalah tersebut diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw juga mu’jizat terbesar bagi
umat muslim tidak ada keraguan
di dalamnya karna al-quran adalah penyempurna kitab-kitab
sebelumnyarna.
Sebagai kitab
suci terakhir Al-Qur’an bagaikan miniature alam raya yang memuat segala
disiplin ilmu dan penyelesaian permasalahan panjang hidup manusia. Al-Qur’an
merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut
kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu
pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated).
Pengertian
epistemologi keilmuan Islam adalah merupakan asas mengenai cara bagaimana
materi pengetahuan yang menjelaskan tentang keilmuan Islam dan beberapa aspek
yang termasuk di dalamnya yang diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh
pengetahuan yang meliputi sumber dan sarana untuk mencapai ilmu pengetahuan.
Dalam
kajian pemikiran Islam terdapat beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan
teori pengetahuan (epistemologi) yaitu ada tiga model sistem berfikir dalam
Islam, yakni bayani, burhani dan irfani.
a. Model berfikir Islam Bayani bersumber pada teks,
baik nash maupun non-nash.
b. Model berfikir Islam Burhani bersumber pada akal
dan empirikal.
c. Model berfikir Islam Irfani bersumber pada kasf.
Setiap epistemologi, termasuk di dalamnya ‘irfani,
memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada di antara ketiga epistemologi
keilmuan Islam tersebut yang sempurna. Eksistensi ketiganya justru saling
melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, hal yang bijak bukanlah menafikan
eksistensi peran masing-masing, tetapi bagaimana masing-masing epistemologi
tersebut menjalankan perannya yang tepat dan saling melengkapi satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar